Minggu, 01 Februari 2009

Derita bathin sang pohon.

Andai Pohon Bisa Bicara












Derita Bathin Sang Pohon !

Kami hanyalah makhluk lemah ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kami bersujud kepada Tuhan yang menciptakan seluruh isi alam dengan hutan rimba yang menyejukan, laut yang luas dan dalam serta ruang kehidupan yang tak berujung dalam lingkaran bumi yang bulat. Kami dan engkau (manusia dan hewan) adalah hamba-Nya yang sama-sama menghuni bumi ini dengan batas waktu yang telah ditentukan. Kami dan engkau saling melengkapi agar Sunnatullah berjalan menurut qadar dan iradat-Nya.
Peran kami dan engkau tentulah berbeda, sebab kami memiliki keterbatasan gerak dan kesempatan. Engkau bisa bergerak kemana saja memperturuti hawa nafsu dan akal mu, tetapi kami hanya berdiri, bertahan dan berharap semoga kami dipelihara lalu diperhatikan demi kelangsungan hidup selanjutnya.
Kami bantu kesejukan alam ini dengan hembusan nafas zat HO2 dan O2 serta jutaan elektron ion kehidupan dari tubuh kami. Kami lenggokan kemolekan tubuh ini dengan lambaian dedaunan nan hijau penuh kelembutan manakala angin menyapa dengan hembusan persahabatan. Kami lindungi sekitarnya dengan hawa kesejukan tatkala sang Matahari betapa “sombong” menunjukkan kehebatan panasnya.
Tidak terhitung berapa banyak jenis kami yang dibabat oleh pembalakan liar di kawasan tempat kami hidup. Tubuh kami “dijajah”, dieksploitasi dan diperjualbelikan demi mengejar keuntungan duniawi yang tidak berbias bagi diri kami. Kami dijadikan komoditi yang mampu menembus pasar domestik dan internasional yang ditukar dengan nilai mata uang sesuai dengan ukuran tubuh dan berat badan kami. Kami diperdagangkan demi semata mengumpulkan kekayaan yang tak pernah kami nikmati sedikitpun. Padahal, kami hanya membutuhkan setitik air kehidupan yang menyirami dan membasahi tubuh kami agar ruang kehidupan duniawi tidak kering, panas, tandus dan menjengkelkan. Jikalau kami minta lebih dari itu, semisal pupuk atau sejenisnya, itupun tidaklah berlebihan bila dibandingkan dengan keuntungan materi yang diperoleh dari diri kami.
Kami dijadikan komiditi ekonomi dengan pola ragam bentuk yang dapat menghasilkan karya seni. Dengan kehebatan teknologi, kami bisa di pola menjadi kursi, meja, pintu, lemari, spring bed, kotak obat, perangkat keras rumah, pendopo dan entah apa lagi. Teramat banyak yang bisa dihasilkan dari tubuh kami sehingga kami menjadi bahan rebutan dengan segenap peluang dan tantangan yang ada.
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Menciptakan kami dapat memberikan yang terbaik bagi sesama makhluk di luar tubuh kami. Dedaunan yang memperindah penampilan kami membawa manfaat bagi sebagian hewan yang dijadikan sebagai makanan pokok mereka. Bahkan, beberapa spesies dari jenis kami, daunnya bisa memiliki khasiat yang luar biasa guna menyembuhkan beberapa jenis penyakit manusia.
Tetapi, rasa syukur kami kepada Tuhan adakah berbalas dengan mensyukuri segala kebesaran Sang Ilahi yang menciptakan seluruh hamparan bumi dengan kekayaan yang terkandung didalamnya ? Adakah rasa syukur itu diwujudkan dengan perhatian menjaga lingkungan yang serta merta sama pula menjaga diri kami ? Sesungguhnya, penderitaan kami semakin membekas jikalau kami dieksploitasi terus menerus.
Tak cukup komoditi ekonomi, kami pun dijadikan hiasan politik oleh engkau yang berpesta demokrasi. Tubuh kami kembali dieksploitasi demi memperlihatkan ribuan foto close up dengan senyuman, wajah yang penuh harap, jutaan kata ajakan menempel di seluruh tubuh kami. Tubuh ini terasa berat menangung beban ribuan gambar-gambar itu. Belum lagi tajamnya paku yang menancap di tubuh kurus ini hingga melukai dan berdarah.
Mungkin sudah nasib bagi kami yang berada nun jauh dari mata, dimana kami tumbuh dan subur jauh dari amatan dan sentuhan di rimba sana. Kami yang berada di kota dengan dengan kelopak mata, engkau nyaris sia-siakan kami. Hampir tidak tersisa setiap tubuh kami di sepanjang jalanan kota dan luar kota bergantungan wajah-wajah mu. Selagi masih ada tempat di atas batang tubuh ini, engkau tanjapkan wajah mu di atas wajah ku. Kesalnya lagi, tak jarang sebagian anggota tubuh kami dipotong agar wajah manis mu dilirik orang lain. Padahal jujur saja, kami juga ingin tampil indah agar dilirik orang lain.
Heran..!! Apa sih salah kami? Mengapa kami harus berbaik hati sementara engkau sedikit pun tak pernah menyirami tubuh ini? Pernah engkau perhatikan kami tatkala kerongkongan ini kering dan haus ? Ingatkah kau kepada kami ketika keinginan mu terwujud ? Bisakah engkau kembalikan keindahan tubuh kami setelah semua ini berlalu ? Atau engkau biarkan saja foto diri mu menempel terus menutupi wajah kami ?
Yah !! mungkin sudah nasib kami yang selalu dieksploitasi. Kami hanya pasrah menanti waktu, hari dan musim yang pasti kami jalani. Kami hanya sebatang pohon bisu yang tertindih oleh kerasnya kehidupan manusia sesuai zamannya. Keuntungan ekonomi dan obsesi politik melengkapi penderitaan kami. Semua tak berbalas, sebab kami tidak pernah meminta balasan. Kami hanya menangis dan terus menangis seraya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Penyayang ;
“Tuhan, gerakkan hati dan fikiran mereka agar peduli lingkungan dengan menjaga sesama ciptaan-Mu. Tuhan, Kau Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Jangan Kau jatuhkan keputusan azab-Mu hanya karena mereka rusak ciptaan-Mu sebenarnya mereka tidak mengetahui apa yang sudah mereka lakukan itu adalah salah . Sebab kami yakin, tidak ada yang lebih tinggi dari Mu”. Kepada Mu kami menyembah, dan kepada-Mu juga kami mohon pertolongan”.
Kami berharap dan terus berharap agar persahabatan kita dapat terjalin. Kami dan engkau saling melengkapi di setiap detik putaran waktu bumi. Persahabatan abadi ini wujud kepedulian kita kepada alam yang dititipkan Sang Ilahi.
Sayangi kami, sebagaimana kami menyayangi mu. Mari kita saling melengkapi dengan menjaga hubungan sesama makhluk hidup. Terimakasih kami ucapkan kepada engkau sahabat kami yang menyapa alam dengan ramah, peduli dan mau mengerti.

Medan, 28 Januari 2009

Drs. Safwan Khayat M.Hum

*Penulis, Alumni SMA Negeri 1 Medan, Alumni dan Dosen UMA, Alumni Pascasarjana USU. Email; safwankhayat@yahoo.com

Tidak ada komentar: