Rabu, 22 Oktober 2008

MEDAN DAN HUJAN


Renungan
Medan dan Hujan.
Oleh : Drs. Safwan Khayat, M.Hum

Gumpalan awan hitam terus bergerak yang telah mencurahkan hujan membasahi tanah Medan hingga ke ubun-ubun bumi yang paling dalam. Medan basah oleh hujan yang deras sebagai pertanda cucuran karunia Tuhan Yang Maha Esa seakan tiada pernah putus melingkari Rahmat-Nya.. Curahan karunia Tuhan menjadi i’tibar bagi kita bahwa hujan bukanlah bencana tetapi limpahan karunia-Nya di atas kekuasaan-Nya yang menjadikan seluruh hamparan bumi menjadi subur oleh siraman hujan. Setiap titik air dari jutaan titik air hujan membawa harapan kehidupan bahwa air menjadi sumber penghidupan manusia di muka bumi. Setitik air menjadi penyambung kehidupan makhluk di muka bumi dengan kesegaran dan kekuatannya telah menambah daftar panjang kehidupan seluruh ciptaan Tuhan.

Hujan bukanlah bencana, tetapi hujan adalah rahmat dan karunia Tuhan yang patut kita syukuri. Hujan menjanjikan sebuah kehidupan yang hidup dengan sifat kelembutan, kesejukan dan terapi pertumbuhan. Begitulah jika hujan turun maka bumi dan seluruh penghuninya mensorak ceria menyambut datangnya air keberkahan.

Seandainya kita tidak bersyukur atas limpahan karunia Tuhan dengan menjaga, merawat dan memperbaiki nikmat yang pernah dirasakan, maka hujan menjadi serangan yang menakutkan oleh orang-orang yang tidak menyadari rahmat dan karunia Tuhan. Gumpalan jutaan air hujan dapat menjadi suasana menjadi mencekam tatkala fasilitas alam yang kita nikmati tidak terawat. Bumi akan terendam oleh derasnya serangan hujan yang menikam tajam sampai ke sumsum perut bumi. Derasnya hujan, bumi tidak mampu menampung dikarenakan fasilitas alam terbengkalai dan dirusak. Hutan di babat tajam hingga tidak menyisakan akar kehidupan, sistem drainase yang terbengkalai hingga tidak mampu menyambut curahan hujan, sampah yang menumpuk seakan tidak enggan keluar dari lingkaran kebersihan dan sungai pun enggan menyambut datangnya hujan karena penuh dengan tumpukan kotoran.

Jika hujan tiba, kota Medan seakan cemas bagaikan di serang balatentara dari Tuhan. Gumpalan awan hitam dengan ledekan bom halilintar mengeluarkan jutaan peluru air hujan memberangus seluruh sisi kota Medan. Medan tergenang, Medan banjir dan Medan tenggelam. Sungai-sungai menolak kedatangan hujan yang akhirnya memuntahkannya kedaratan. Parit atau selokan juga tidak mampu berbuat banyak hanya bisa pasrah dan berdoa semoga sistem pembangunan lebih mengutamakan perawatan daripada keuntungan. Badan jalan penuh genangan air dan menjadi rusak di makan ketamakan. Pohon bertumbangan sambil mengintip siapa sasaran yang menjadi korban. Lalu lintas semakin amburadul karena tidak mampu menangkis serangan hujan.

Duhai kawan, aku, kamu, kami, kita, mereka dan siapun dia yang menjadi Medan sebagai kota pengharapan mari kita rawat dan jaga. Jangan sampai terjadi rahmat dan karunia Tuhan berujung kepada bencana. Hujan bukan lawan tetapi dambaan bagi makhluk hidup yang ada di muka bumi. Ketajaman hujan menjanjikan jutaan harapan dari setiap butir air yang tercurah membahasi kota Medan. Tetapi ketajaman hujan menjadi menakutkan ketika ruang kemanusiaan tidak lagi menjadi modal dalam merawat kota Medan.

Kita harus menyakini dan tetap meyakini bahwa Hujan adalah janji Tuhan yang mampu menghasilkan jutaan pengharapan. Hujan menyuburkan tanaman, menggemburkan lahan, menyejukan alam, membasahi sisi kekeringan dan melenturkan ketegangan. Hujan menjadi siksaan manakala manusia tidak pernah menghargai hasil cipta, karya dan karsa yang sepatutnya untuk kemaslahatan pula. Mudah-mudahan, Medan tetap bersyukur atas kedatangan hujan tanpa rasa cemas dan ketakutan.

Penulis, Alumni dan dosen UMA, Alumni Pascasarjana USU, Email; safwankhayat@yahoo.com

Senin, 06 Oktober 2008

Sadar Lingkungan Selamatkan Medan 10 Tahun Kedepan


Suasana lingkungan kota Medan semakin tidak menentu tanpa arah yang pasti. Beberapa indikasi tidak menentunya wajah pembangunan lingkungan kota dapat dilihat dari situasi sampah yang berserakkan, jalanan berlobang, terbengkalainya penataan pertamanan, semakin parahnya kemacetan lalu lintas, sistem drainase yang asalan dan modus pembangunan fisik yang kurang memperhitungkan analisis dampak lingkungan sekitarnya. Indikasi lain yang menjadi persoalan lingkungan kota juga ditemukan seperti median jalan yang hancur, gangguan pada trafic light di beberapa persimpangan, lampu taman yang mulai rusak, penataan perparkiran yang kurang memperhatikan ruang jalan, pekerjaan proyek fisik yang kurang memperhatikan situasi lingkungan, ketidak tegasan penertiban pedagang dan limbah yang ditumbulkannya dan penindaktegasan terhadap pabrik atau perusahaan tertentu yang membuang limbahnya sembarangan.
Semua indikasi ini berkaitan erat dengan penataan lingkungan kota Medan yang dampaknya dapat merubah wajah dan situasi pembangunan kota menjadi kumuh dan pemborosan. Perlu suatu perencanaan yang terukur, terarah dan matang dalam menata kota Medan mendatang dengan membentuk suatu sistem sinergisitas kerja dengan melibatkan seluruh potensi, elemen, instansi/lembaga dan kedinasan di atas tekad bahwa kota Medan milik dan kepentingan bersama. Rasa memiliki dan sikap kepentingan bersama yakni bahwa kota ini bukan sekedar sebuah kota persinggahan sementara, tempat bekerja dan atau kota rekreasi, tetapi kota Medan adalah tempat kita menetap tinggal dengan relatifitas waktu tertentu.
Apapun tolak ukur kita menjadikan kota Medan sebagaimana yang kita mau, bagi warga yang memanfaatkan kota ini sesuai dengan jenis penggunaannya, kota Medan telah memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Tidaklah etis jika penataan kota ini diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah kota (Pemko) Medan sementara kita memanfaatkan fasilitas dan sarana yang dibangun Pemko Medan dijadikan untuk keuntungan pribadi. Tidak pula bijaksana kita berbuat semaunya di kota ini sementara orang lain juga punya hak yang sama tetapi menyadari tidak mungkin melakukan semaunya tanpa memperhatikan lingkungan sekitar.
Sepatutnya, rasa malu harus kita tanggung bersama bagi siapa saja yang mengambil manfaat atas kota Medan. Tanpa terkecuali, kalangan birokrat, pengusaha/pedagang, guru/dosen, PNS, TNI, Polri, pelajar/mahasiswa, buruh/karyawan, elitis partai politik, LSM, praktisi dan siapapun yang memanfaatkan fasilitas kota ini untuk kepentingannya wajib menghargai, melestarikan dan menjaga segala wujud pembangunan kota Medan. Disinilah dibutuhkan mentalitas kesadaran, kejujuran dan tanggungjawab kita bersama. Memang tidaklah mudah menuntut kesadaran, kejujuran dan tanggungjawab bagi penghuni kota Medan yang heterogen (ragam populasi budaya), tetapi bagi kita tetap optimis dan meyakini bahwa hidup harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan dan Manusia.

Dalam menata kota ini dibutuhkan suatu mentalitas sikap sadar lingkungan guna menyelamatkan kota Medan sepuluh tahun mendatang. Setidaknya yang perlu dilakukan tiga pendekatan yakni ; 1) pendekatan kultural, 2) pendekatan spritual dan 3) pendekatan struktural.
Pertama, pendekatan kultural adalah pola menggungkap dan menggugah sistem tata aturan perilaku etos kerja yang dianut pada masing-masing budaya. Setiap budaya memiliki nilai luhur yang tinggi mengajarkan mentalitas sadar, jujur dan tanggungjawab. Nilai luhur ini harus ditonjolkan pada masing-masing budaya sehingga ruang kompetisi pada masing warga penganut budaya ikut mendorong menonjolkan budayanya. Peran serta pemuka adat sangat strategis membangkitkan nilai luhur masing-masing budaya ini sehingga kemajemukan budaya di kota ini menjadi lebih positif dan produktif.
Kedua, pendekatan spritual merupakan pola ibadah jiwa keagamaan dengan mengajarkan sikap sadar, jujur dan tanggungjawab. Setiap agama mengajarkan penganutnya untuk berlaku amar ma’ruf nahi munkar (berbuat baik dan menjauhi kekejian). Perbuatan baik adalah tujuan dari seluruh perbuatan agar bermanfaat bagi diri, orang lain dan lingkungan sekitarnya. Perbuatan baik ini menjadi ibadah yang bernilai pahala. Bagi pelaku tindakan keji adalah suatu perilaku yang dilarang dalam agama yang bernilai dosa. Peran pemuka agama sangat strategis memperbaiki moral warga di kota ini.
Ketiga, pendekatan struktural yakni pola tindak dan kebijakan yang terukur, terarah, terencana dan menyentuh dengan memanfaatkan seluruh potensi Pemko Medan melalui job networking system (sistem jaringan tugas) kedinasan/instansi unsur Muspida dan Muspika kota Medan. Pola tindak dan kebijakan Pemko Medan menjadi wujud konkrit program pemerintah dalam menata pembangunan kota yang berwawasan kulturalis dan spritualis.
Penataan kota yang tidak kalah pentingnya adalah penataan fisik kota terutama pada sarana transportasi angkutan umum dan lalu lintas. Sarana transportasi dan lalu lintas juga tidak bisa dipisahkan dari kepentingan pembangunan lingkungan. Transportasi yang tertib dapat mengurangi angka kecelakaan dan kemacetan lalu lintas.
Bagi masyarakat kota, dalam hal penggunaan transportasi angkutan umum dan lalu lintas membutuhkan tiga hal yakni 1) rasa aman; 2) rasa nyaman dan 3) adanya kepastian. Transportasi angkutan umum yang mampu menciptakan ketiga hal diatas menjadi rebutan bagi setiap penumpang yang menggunakannya. Rasa aman yang dijaga yakni aman dari bahaya pelaku kriminal atas diri dan barang bawaan. Rasa nyaman yang ciptakan yakni dengan cara membuat penumpang betah dan tenang di dalam kendaraan menuju tujuan dengan tidak berdesak desakan . Sementara adanya kepastian yakni adanya ketepatan dan hitungan waktu yang menjadi pedoman penumpang menuju tujuannya. Adanya tiga hal ini kebutuhan warga menggunakan jasa angkutan umum meningkat dan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan raya.

Penumpang lebih banyak menggunakan jasa angkutan umum daripada menggunakan kenderaan pribadi sebab rasa aman, nyaman dan adanya kepastian dapat dipenuhi. Penggunaan kenderaan pribadi dapat ditekan jumlahnya sebab jasa angkutan umum mampu memenuhi kebutuhan penumpang selama dalam perjalanan menuju tujuan. Berkurangnya kepadatan lalu lintas ikut mempengaruhi rendahnya efek kontaminasi lingkungan yang ditimbulkan dari limbah bahan bakar kendaraan.
Untuk mewujudkan tiga hal tersebut, dibutuhkan sebuah penataan sistem transportasi dengan menyediakan jenis transportasi angkutan umum massal yang sesuai dengan jenis kebutuhannya. Ketersediaan jenis transportasi seperti ini tentu harus didukung oleh fasilitas sarana jalan yang relevan dengan ketiga konsep di atas. Guna mewujudkan ini sangatlah tidak mudah sebab membutuhkan biaya besar dan perencanaan yang matang. Tetapi kita yakini jika kebersamaan ini dilakukan dengan tiga pola pendekatan di atas (kultural, spritual dan struktural) kota ini dapat kita tata demi menyelematkan masa depan wajah pembangunan kota sepuluh tahun mendatang. Kesimpulannya, penataan kota sangat berkaitan dengan penataan lingkungn kota itu sendiri.

Penulis
Drs. Safwan Khayat M.Hum
Penulis alumni dan dosen UMA serta alumni Pascasarjana USU,
. Email ; safwankhayat@yahoo.com