Rabu, 07 Januari 2009

Menanti Matahari Terbit Kembali


PSMS Ku, Menanti Matahari Terbit Kembali

Menjelang siang tepatnya sang Matahari berada di ubun-ubun kepala, saya berniat balik di Mapolresta P Siantar setelah mengawasi anggota di lapangan sambil memantau situasi lingkar kota . Entah mengapa tanpa rencana, telepon seluler ku berbunyi muncullah nama di layar handphone seorang nama rekan sejawat yang bertugas di kantor Kejaksaan Simalungun. Telepon diangkat, singkat cerita aku meluncur ke ruang kerjanya..

Setibanya, kami berjabat tangan tersenyum sambil teman ku berucap, apa kabar bang Safwan ? Sehat, jawab ku mantap. Aku pun balik menyapa, abang bagaimana kabarnya ? Sama seperti abang Safwan, balasnya.

Beliau menyilakan aku duduk di kursi yang telah tersedia pada ruangan yang sederhana tetapi cukup enak dan sejuk karena ada airconditioner (AC) di ruangan itu. Bang Safwan minum apa ? tanyanya lagi. Saya sukanya air dingin, sambut ku. Koq minum es bang ? Nanti bang Safwan sakit, soalnyakan baru dari lapangan cuacakan cukup panas di luar ?, celotehnya. Gak apa bang, saya ingin minum dingin biar segar, jawabku.

Tak lama, datanglah minuman pesanan kami yang diantar seorang gadis yang berjualan di kantin kantor itu. Satu cangkir air dingin pesanan ku, sedangkan teman ku itu rupanya doyan kopi hitam yang kental. Eh rupanya, ada juga kue di atas piring kecil dengan cita rasanya yang enak.

Kami ngobrol santai tawa canda sambil sesekali meneguk minuman dan kue yang tersedia. Entah dari mana pembicaraan di mulai, tetapi kami serius membahas tentang masyarakat, hukum dan sesekali nyeleneh bicara politik.

Tak di sangka, teman ku itu bertanya di luar dugaan fikiran ku. Saya sedih lihat nasib PSMS Medan yang prestasinya tidak secemerlang dulu. Padahal, walau saya bukan orang Medan asli, tetapi PSMS sudah menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Utara, terangnya.

Aku kaget dan sangat shock, kenapa temanku menyinggung soal itu. Rupanya, setelah ku ikuti kata demi kata, beliau sangat mencintai tim kebanggaan kota kelahiran ku (PSMS), simpul ku.

Kami pun ngobrol soal PSMS Medan yang nama besarnya semakin pudar. Kekalahan sering dialami, sehingga memudarkan fanatisme dukungan bagi penggemarnya. Ciri khas permainannya pun tidak sekelas Ramli Yatim, Abdul Kadir, Nobon, Taufik Lubis, Suparjo, Sutrisno, Sumardi, Ricky Yakob dan skuad PSMS lainnya. Dulu, mayoritas tim PSSI dibanjiri pemain PSMS, sekarang paling hanya 2 orang saja, sesalnya.

Benak ku pun berputar, koq dia tahu nama-nama skuad PSMS zaman dulu, heran ku. Lalu ku simpulkan, betapa harumnya tim kota ku membawa harum provinsi ini ?

Tak terasa, obrolan kami menghabisi waktu ± 1 jam. Lalu kami berpisah sambil beliau berucap, lain waktu saya mampir ke kantor bang Safwan ? Saya tunggu ya ? sambut ku.

Aku pun balik ke Mapolresta P Siantar dengan mengendarai sepeda motor tua bermerk Honda Kijang C90 rakitan tahun 1970-an. Sepeda motor tua ini sering ku gunakan saat dinas di lapangan agar aku dapat lebih dekat dengan masyarakat.

Menuju Mapolresta, aku sampiri sejenak ada sejumlah warga sedang asyik ngobrol di warung kopi yang letaknya persis di bibir jalan. Ku parkirkan kereta butut ku persis di sebelah warung itu. Warga sontak kaget menyapa dan menghampiri ku.. Pak Safwan ada apa ke mari ? Ah enggak, cuma mau gabung minum teh, bolehkan ? tanya ku sok akrab. Bapak ini ada-ada saja, ya boleh la, kami pun senang pak Safwan mau duduk di warung ini ? sambut mereka. Lalu kami duduk berdekatan, aku pun mulai ambil ajang ku pesan air putih dingin lagi.

Seorang warga bertanya, dari mana pak ? Sepertinya baru ngontrol nich ? ingin tahunya. Oh ya, baru dari lapangan mengawasi situasi Kamtibmas kota ! tandas ku. Kami kaget lho, pak Safwan mau duduk di warung ? Kami kira ada yang mau ditangkap ? canda anak muda dengan lakon Bataknya. Kalian nich ada saja, saya kan juga sama seperti kalian ? jawab ku.

Kami pun larut dalam obrolan sambil menikmati segarnya minum teh manis dingin ku yang sedikit ditaburi abu jalanan. Tak kusangka anak muda yang suka mencandai ku tadi berceloteh. Pak Safwan, PSMS Medan tajinya sudah patah ya ? Mata ku terbelalak bagaikan mau copot. Koq sama ya pertanyaan anak muda ini dengan teman sejawat ku tadi ? heran ku. Aku semakin di cerca dengan tubian pertanyaan yang membuat dada ku panas dan kuping ku risih. PSMS Medan bukan lagi Ayam Kinantan, tapi ayam sayur ? seloronya tanpa memandang perasaan ku.

Aku ingin tahu apa motif pertanyaan mereka ini. Setelah ku investigasi, rupanya mereka fans berat dengan kesebelasan kesayangan ku. Mereka bangga dengan PSMS Medan walau mereka bukan anak Medan . Mereka sempat bernostalgia, tatkala PSMS Medan menjamu lawannya di Stadion Teladan datang jauh-jauh dari Siantar. Kami cinta dengan PSMS pak, sekaligus sedih nasibnya kini ? imbuhnya.

Dada ku yang panas perlahan-lahan dingin bagaikan tayangan iklan produk minuman yang dilakoni artis muda di televisi. Kuping ku tak risih lagi mendengar celoteh kolot mereka. Aku pun menyikapinya dengan sabar dan sadar bahwa beginilah nasib PSMS ku ? perih ku.

Ku lihat jam tangan ku sudah pukul 14.12 siang. Rupanya aku sudah 45 menit duduk bersama mereka. Aku pamit balik ke kantor sambil berjabat tangan akrab. Pak Safwan jangan marah ya dengan seloroh kami tadi ? harap pemuda yang buat dada ku panas tadi. Ah enggak, memang PSMS keadaannya ya begitu ! sambut ku.

Ku engkol sepeda motor butut ku dengan kecepatan 60 KM/jam. Maklum kereta tua tapi unik dan antik. Aku pun di lepas mereka dengan senyuman dan lambaian tangan.

Setiba di Mapolresta, aku langsung menuju ruang kerja ku dan duduk lesu terdiam. Ada apa dengan ku, mengapa hari ini orang-orang menyinggung tim kebanggaan ku ? sesak ku dalam dada. Apa yang harus ku lakukan, kalau kecintaan mereka semakin pudar di telan memudarnya nama besar PSMS Medan ku ? Lalu ku ambil pena dan secarik kertas putih polos. Ku goreskan pengalaman ini agar teman ku, saudara ku, keluarga ku dan orang-orang yang memiliki kecintaan dengan PSMS membaca keluh kesah ku.

Pena ku pun berbicara, PSMS ku harus bangkit sejaya dengan masa lalu mu. Jangan engkau hilangkan karisma mu yang mengharumkan kota ku, kota dia dan kota mereka. Sebab, PSMS bukan saja kebangkaan kota Medan , tetapi kebanggaan Sumatera Utara. Rupanya, mereka menanti terbitnya Matahari yang pernah menerangi persepakbolaan Sumatera Utara.

Pena ku seakan tak mau berhenti menuliskan satu persatu huruf kekecewaan. Apa salah mu hingga kau begini ? Kenapa kau ditelantarkan padahal jasa mu banyak ? Apa yang kita beri selayaknya PSMS telah memberi kejayaan dahulu ? Bisakah kita bangkitkan kedigjayaan PSMS ketika melumpuhkan lawan-lawannya dulu ? Banyak lagi celoteh sumpah serapah pena ku seakan tak mau berhenti.

Ku lihat jarum jam dinding tepat pukul 16.15 menit. Pena pun berhenti karena aku tersadar hendak shalat Ashar. Lalu pena ku tinggalkan menuju kamir mandi guna mengambil air wudhuk. Dalam ibadah ku berdoa; ya Tuhan, kapan Kau terbitkan lagi Matahari di kota ku ? Bisakah aku bersama teman ku membawa PSMS mengangkat kembali citranya yang menjadi kebanggaan kota ku ? Kepada Mu lah aku menyembah, dan kepada Mu lah aku memohon pertolongan ?


P Siantar Januari 2009
PE N U L I S
Drs Safwan Khayat M.Hum
*Alumni UMA dan Dosen UMA Medan, Alumni Pasca Sarjana USU, Mantan Kasatlantas Poltabes MS dan saat ini Wakapolresta P Siantar. Email ; safwankhayat@yahoo.com.

Kamis, 01 Januari 2009

Gagasi Hidup Dengan Berfikir Bentengi Dengan Berzikir

Tahun 2009 Gagasi Hidup Dengan Berfikir,
Bentengi Dengan Berzikir

Oleh,
Drs. Safwan Khayat M.Hum

Tulisan ini catatan kecil gugahan ruang perilaku kita di tahun 2008 agar lebih berbeda di tahun 2009 ini. Rangkaian perilaku kita dalam bertindak memutuskan sesuatu adakah dinafasi dengan berfikir dan berzikir sebagai kekuatan. Tanpa bermaksud menggurui pembaca, penulis mengajak pembaca bahwa selama ini kita lemah sekali menggandengkan dua kekuatan ini di setiap proses kehidupan ini.

Detik, menit, jam, hari, minggu dan bulan kita lalui dengan hayalan, harapan, kenangan, obsesi, tangisan dan canda tawa. Putaran detak jarum jam diiringi detak jatung kehidupan dalam menafasi seluruh aktifitas kita di tahun lalu. Semuanya telah berlalu di tahun 2008 dengan harapan di tahun 2009 muncul suatu perubahan hidup yang lebih baik, dinamis dan produktif.

Setiap kata yang terurai, janji yang terucap, arah kaki melangkah dan sikap yang diperbuat menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Andaikan kehidupan ini dituliskan ke dalam sebuah buku catatan harian, berjuta kata terangkai indah dan beratus anak pena habis terpakai di atas kumpulan lembaran kertas dengan ragam jenisnya. Bisa jadi, cerita indah tertulis lincah di atas jari jemari kegembiraan yang menggoreskan rangkaian obsesi dan prestasi yang di raih di tahun 2008. Tidak dipungkiri pula, sejumlah cerita buruk juga terkumpul dalam catatan itu di atas pena kelukaan yang penuh penyesalan, sumpah serapah, kegagalan dan entah apa lagi.

Kini semuanya menjadi cerita kenangan pahit, getir, manis dan bahagia masih belum lepas dari ingatan. Tahun 2009 harus menjadi milik kita, milik keluarga kita, milik sahabat kita dan milik semua orang tatkala awal pergantian tahun dilanjuti dengan putaran detik, menit, jam, hari, minggu dan bulan. Perubahan harus kita raih yakni dengan cara merubah pola berfikir dan orientasi diri merangkul kebersamaan. Di tahun ini pula, titian hidup diperkokoh dengan kekuatan fakultas fikir dan fakultas zikir di dalam diri. Dua fakultas ini harus berjalan beriringan tanpa boleh berjalan sendiri-sendiri.

Fakultas fikir yakni menata sistem berfikir logika sehat dengan perencanaan matang dengan memanfaatkan peluang dan merangkul seluruh potensi kemanusiaan. Tidak mungkin seseorang berhasil tanpa dukungan dan doa orang lain. Fakultas zikir adalah meneguhkan hati dengan rohani yang kuat, sejuk dan lembut dengan zikrullah agar kita lebih berjiwa besar serta mampu meredam emosi negatif yang kurang menguntungkan dalam hidup ini.

Kedua fakultas ini menjadi benteng diri tatkala menapaki rangkain agenda hidup di tahun baru ini. Di tengah situasi yang sulit dengan himpitan krisis ekonomi global, kedua fakultas ini dapat membantu kita dalam menyikapi setiap keadaan yang berhadapan dengan persoalan diri. Artinya, pembentukan fakultas fikir dapat membantu otak kiri dan kanan dalam mengolah data dan fakta guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Sementara fakultas zikir menyirami kekeringan rohani manusia yang dijadikan sebagai pilar keteguhan jiwa manakala berhadapan dengan situasi persoalan yang krusial (rumit). Berfikir dan berjiwa besar adalah implementasi dari dua kekuatan fakultas fikir dan zikir. Lakukanlah sesuatu yang berguna, jika kita ingin hidup berguna. Andaikan kita selalu berfikir dan berzikir, maka kita dijauhi dari hidup fakir dan sifat kikir.

Gagasi hidup dengan berfikir, akan membantu seluruh perencanaan hidup di muka bumi, tetapi bentengi pula dengan berzikir maka sesungguhnya hidup jauh lebih terarah menuju kebahagian hidup dunia dan akhirat.

Mengutip pesan pengetahuan dan moral yang diajarkan Rasulullah SAW dalam sabdanya yakni ;

Kalau engkau ingin hidup bahagia di dunia, maka gunakanlah fikir mu (ilmu). Jika engkau ingin bahagia di akhirat, maka gunakanlah zikir mu (ilmu). Jika engkau ingin hidup bahagia dunia dan akhirat, maka gandengkanlah fikir dan zikir mu.

Akhir catatan kelabu di penghujung 2008 isilah dengan awal catatan ceria di awal pergantian waktu di tahun 2009. Hapus hayalan yang menyesakkan otak dan dada, dengan menggantikannya dengan perencanaan dengan fikir dan zikir. Susunlah perencanaan diri dengan urutannya sesuai dengan skala prioritas dan batas kemampuan. Sebab, saat kini kita sedang melalui masa sulit krisis ekonomi global yang melingkari pendapatan ekonomi kita. Jauhi kepanikan, tetapi dekatkan ketenangan yakni dengan menggunakan pola fikir dan potensi zikir.

Tahun 2008 tidaklah berbeda dengan tahun 2009 jika kita lihat dari sisi ruang, waktu, hari, minggu dan bulan. Tetapi yang perlu kita bedakan yakni perencanaan diri yang terukur dengan pemanfaatan gagasan berfikir dan potensi berzikir. Di tahun 2009 ini pasti berlaku sama jika kita tidak merubah pola hidup dengan tahun lalu. Kesempatan tidak mungkin terulang andaikan kita tidak memeliharanya dan menggunakannya. Kesempatan tidak datang dengan sendiri, tetapi harus kita ciptakan dengan berbuat positif lalu datanglah kesempatan itu. Begitu pula pengalaman bukanlah musibah atau doa yang terkabul, tetapi pengalaman itu datang karena kelalaian atau keseriusan kita memanfaatkan kesempatan tadi.

Yang terpenting, kita bersyukur melalui tahapan pergantian waktu ini berjalan dengan mulus tanpa riak dan situasi yang menakutkan. Kedewasaan diri kita mulai tumbuh dengan perilaku yang positif sekalipun belum terwujud perubahan totalitas. Mulai hidup sederhana, karena keserdahaan bukanlah berarti kita miskin. Hiduplah dengan waktu dan rezeki yang tepat guna karena lebih terukur atas setiap hasil yang diperoleh. Adakah kita lebih sederhana melawan emosi hidup dengan bermegah-megah di tahun 2008 ? Bisakah kita bersabar sedikit memanfaatkan waktu dan rezeki secara terukur ? Apakah dominasi tindakan emosional lebih mengental daripada sikap rasional ? Mampukah kita menjaga prestasi dibandingkan prestise ? Inilah sekelumit urutan pertanyaan yang muncul dalam menyikapi pergantian tahun ini.

Bangsa kita bakal memasuki sejumlah aktifitas besar khusus pada ruang pentas politik. Disamping agenda krisis ekonomi, agenda politik seperti pemilihan umum (Pemilu) 2009 menjadi pesta politik paling akbar. Ada dua Pemilu yang kita hadapi yakni memilih wakil kita di parlemen dan memilih pimpinan nasional (Presiden dan Wakilnya). Gesekan dan konflik horizontal berpotensi terjadi dari para pendukung andaikan setiap perencanaan politik tidak melekatkan kekuatan fikir dan zikir. Diperhitungkan, tahun 2009 ini berlangsung seru karena adanya dua aktifitas politik yang paling akbar dengan kekuatan kontestan multi partai.

Kedewasaan berpolitik dengan kekuatan fikir dan zikir setidaknya menjaga ruang stabilisasi keamanan. Sikap politik yang tidak mengandalkan fikir dan zikir yang timbul hanyalah memaksakan kehendak atau cara-cara yang merusak tatanan hidup berbangsa. Begitu pula sikap menghamburkan uang demi mengejar jabatan dunia, padahal situasi krisis ekonomi saat ini hendaknya harus kita sikapi dengan kesederhaan dengan pemanfaat waktu dan rezeki tepat guna.

Penutup

Jika kita merasakan kegagalan, bukanlah membunuh seluruh obsesi kita yang masih panjang, tetapi kegagalan itu adalah obsesi tertunda yang memerlukan teknik hitungan matang.. Andaikan kita telah berhasil, jangan berpuas diri sebab kegagalan selalu mengintip kelalaian kita. Selamat tinggal tahun 2008 yang kini menjadi kenangan, selamat datang tahun 2009 menjadi awal masa perubahan. Kita gagasi setiap perencanaan dengan berfikir dengan dilapisi berzikir sebagai benteng diri. Mudah-mudahan di tahun baru ini ikut memperbaharui seluruh rangkaian pola hidup yang lebih positif dan produktif. Wallahu a’lam bishawwab !!

P. Siantar, 1 Januari 2009

P E N U L I S



Drs. Safwan Khayat M.Hum

* PENULIS, Alumni UMA dan Dosen UMA, Alumni Pasca Sarjana USU, . Email; safwankhayat@yahoo.com